SELAMAT DATANG AHLAN WA SAHLAN

ANDA TELAH BERGABUNG DENGAN SURGA DUNIA DAN AKHIRAT

Sabtu, 13 Februari 2010

KEAGUNGAN CINTA


Adalah merupakan karunia teragung dari Alloh kepada hamba-Nya berupa rasa cinta, si kaya dengan suka rela membantu si miskin, yang kuat dengan tulus hati mengasihi yang lemah, yang berilmu dengan ikhlas mengajari yang membutuhkan ilmu.
Dengan cinta, interaksi sosial dalam skala terkecil sampai terbesarpun bisa berjalan dengan mulus. Dengan cinta, akan tercipta kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan.
Berawal dari rasa cinta kepada diri sendiri. jika cinta diri ini sudah tumbuh dalam diri kita, otomatis kita tidak akan dengan begitu mudahnya mencampakkan diri kita sendiri dalam kerusakan dunia lebih-lebih akhirat. Kita akan dengan sekuat tenaga mengontrol aktifitas sehari-hari dengan seselektif mungkin agar membawa keuntungan bukan hanya dari segi materiil tapi juga spirituil. Toh kita sudah diperingatkan oleh Alloh dalam firman-Nya :
و أنفقوا فى سبيل الله و لا تلقوا بأيديكم إلى التهلكة و أحسنوا إن الله يحب المحسنين
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Alloh, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena ssungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". (QS. al Baqoroh:195).
Mencintai diri memang proses awal dari pembentukan satu pribadi yang baik, tapi dari satu sisi justru memberi peluang untuk menjadikan seseorang besifat egoistis, dengan kata lain hanya mementingkan diri sendiri tanpa sedikitpun memperhatikan kepentingan orang lain. Sifat semacam ini sangat tidak tepat dimiliki oleh manusia apalgi kita selaku orang muslim. Untuk mengantisipasi merajanya racun egois tersebut, dari cinta sendiri, kita harus kembangkan pada cinta pada sesama. cinta pada orang tua, keluarga, saudara seiman, bahkan pada binatang. Nabi bersabda :
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
"Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri".
Kita tidak bisa membantah pada kenyataan saat ini. Banyak sekali remaja islam putra putri berpacaran dengan alasan saling mencintai, tidak sedikit dari akhawat seiman kita hamil sebelum menikah. Dan betapa menyedihkan saat dikonfirmasikan pada salah seorang dari mereka dengan ringan tanpa beban ia mejawab: "saya tidak menyesal, toh ini merupakan bukti cinta saya pada pacar saya". Tragis sekali ! Kalau menurut penulis, hal semacam itu bukan melainkan lebit tepat disebut hawa nafsu syaithoni yang harus kita jauhi. Jangankan zina, pacaranpun sudah merupakan suatu kemaksiatan, dan apapun alasannya maksiat hukumnya haram.
Perasaan suka pada lawan jenis memang sudah sunnatulloh yang tidak bisa kita hindari, apalagi jika rasa suka itu kita biarkan leluasa menguasai hati kita. Tentu kita akan semakin terjerat oleh tali temalinya. semakin kita memikirkan orang yang kita sukai semakin kita terhanyut oleh bujuk rayu musuh besar kita, syaithon la'natulloh alaihi. Karena itu disaat kita mulai menyukai lawan jenis, ada beberapa hal yang harus kita pikirkan. apakah yang kita sukai itu sudah pasti jodoh kita. Apakah kita tidak salah dalam menyukai orang tersebut. kalau memang kebetulan orang tersebut punya perasaan yang sama dengan kita, tampaknya memang tidak masalah, tapi justru hal demikian itu menjadi tantangan cukup berat bagi kita selaku orang islam. Mampukah kita mengendalikan perasaan suka tersebut sehingga mampu menghantarkan kita pada jalan Alloh dan Rasul-Nya ? Sungguh merupakan suatu usaha yang sulit. Tapi apalah artinya suatu rintangan kalau kita mau berusaha dan minta pertolongan Alloh. Namun lebih merupakan tantangan yang lebih berat lagi kalau ternyata orang yang kita sukai itu tidak menyukai kita melainkan menyukai orang lain. Imam Syafi'i RA berkata :
و من الشقاوة ان تحب
و من تحبه يحب غيرك
Bukan berarti penulis menharamkan orang yang menyukai lawan jenis. sama sekali tidak ! toha Rasululloh SAW sendiri bersabda :
احبب من شئت (cintailah siapa saja yang hendak kamu cintai) tapi Nabi juga tidak lupa mengingatkan dalam lanjutan haditsnya : فإنك مفارقه (tapi ingat, kamu pasti akan berpisah dengan orang yang kamu cintai). Dari hadits tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa kita boleh saja mencintai seseorang, tapi kita tidak perlu melampiaskan rasa suka itu hingga menjerumuskan kita ke dalam jurang maksiat.
kalau kita mencintai seseorang, bukan dengan pacaran jalan keluarnya karena hal itu justru dapat mencampakkan kita dan orang yang kita cintai pada kesesatan. Jalan keluar terbaik adalah menikah dengan orang yang bersangkutan. kalau jalan ini tidak mungkin dilakukan karena ada beberapa faktor lain (usia belum cukup atau orang tersebut tidak mau), maka tidak ada jalan lagi selain kita biarkan diri kita memendam cinta itu, menghormati dan tidak menyakiti orang yang kita cintai, toh cinta bukan berarti memiliki ? Dan kita sama sekali tidak berhak memaksa. Masing-masing orang punya hak untuk dicintai tapi tidak berhak memaksa orang untukmencintai kita.
dari perasaan cinta kepada makhluq, sebenarnya ada yang paling berhak dicintai yaitu Alloh SWT (Dzat Pemberi Cinta), Dzat terindah dari segala yang terindah, Dzat yang memiliki segala sesuatu baik di dunia maupun di akhirat.
Sudahkah kita memberikan cinta kita kepada-Nya ? Murnikah cinta yang kita berikan kepada Alloh ?
seorang ahli Sya'ir berkata :
تعصي اله و انت تظهر حبه
هذا محال فى القياس بديع
لو كان حبك صادقا لاطعته
ان المحب لمن يحب مطيع
لكل شيء اذا فارقته عوض
و ليس الله ان فارقت من عوض
Tiga bait sya'ir di atas seolah mengajak hati kita untuk sejenak berdialog dengan akal jernih kita, adakah alasan bagi kita selaku manusia biasa untuk tidak mencintai Alloh ? Tolong direnungkan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar